Pages

Saturday, May 11

Jangan lupa untuk pulang, ya? :)

Hallo kawanku. Apa kabar lukamu? Sudah mengering? Bagaimana Mahameru? Oh iya, masalah SMSmu kemarin malam... Begini;

Aku tahu kamu sudah menghabiskan banyak waktumu untuk pendakian panjang di banyak pegunungan. Tentu saja aku juga tahu kamu tidak suka naik gunung. Kamu hanya berharap lukamu bisa sembuh disana. Di gunung. Di tempat yang konon begitu banyak keajaiban tercipta. Jujur aku tak punya kuasa apapun untuk melarangmu melakukan tindakan tersebut, karena toh aku juga sedang menyembuhkan lukaku. Karena bukankah orang yang lagi menata hati itu bebas melakukan apapun? Hanya saja aku tidak naik gunung. Aku lebih suka menonton Film di laptopku. Sebab, entah kenapa Film membuatku baik-baik saja. Sebelum aku menulis ini, aku menonton beberapa Film yang "Aneh". Salah satunya Life of Pi. Dimana tiga agama ada dalam diri seseorang. "Apa salahnya punya agama banyak?" begitu kata Pi.

Dan kawanku. Kembali pada permasalahanmu.

Sebenarnya jika menurutku, dia, mantanmu itu, hanya perlu hadir sebagai kenangan yang tidak bisa lagi menyakitimu. Kenangan yang hanya diam di ujung ingatanmu, tanpa kecuali. Maka saranku; berlarilah kawanku, sekencang yang kau bisa, sekuat tenagamu. Kemudian melompatlah. Tertawalah, menangislah, rasakan hidup. Setelah selesai, tundukan kepalamu sejenak. Kemudian syukurilah Tuhan pernah mencoba hatimu dengan rasa yang paling sakit, tapi kau bisa selamat dan bertambah kuat. Dan bila lukamu sudah sembuh, jangan lupa untuk pulang, ya? :)












Jogja

Wednesday, May 8

"Aku mencintaimu di segala kondisi, sayang"

Aku sudah sangat jauh melupakan kisah sedih dari sebuah kepergian yang brengsek. Yang terkadang bisa sangat membahayakan kesehatan tubuhku. Itu sudah beralangsung cukup lama, sampai pada malam ini akhirnya malah muncul lagi. Sebenarnya ini bukanlah sesuatu yang begitu penting, hanya saja entah kenapa, sekali lagi, ini jadi begitu penting! Tadi aku melihat fotonya, ia mengenakan kemeja pink dan rambutnya di ikatkan ke belakang. Ya Tuhan. kenapa wanita bisa begitu mempengaruhi ketika rambutnya di ikat? Kemudian aku menyapanya; "Hallo nona senja.." tapi ia tak menggubris. Sialan! Ia sudah benar-benar melupakannku.

Kadang aku suka membayangkan ia datang padaku, entah siang entah malam entah pagi entah kapanpun itu. Dengan membawa serenteng nasi putih beserta lauk pauknya. "Ini buat kamu. Tadi aku yang masak. Kalau nggak enak jangan bilang nggak enak." katamu dengan suara kecilmu. Aku hanya tersenyum, dan hatiku bersabda;"Makanan apapun jika berada di tanganmu, adalah orang tolol yang mengatakan tidak enak."
Ah, kenapa kenangan begitu tak bisa terlepas, sedangkan waktu terus saja beranjak?

Terlanjur basah, ya sudah mandi sekalian! Maka kuingat-ingat lagi keromansaan aku bersamanya ketika bumi masih biru. Ketika jam tujuh pagi selalu disibukkan dengan sarapan dan memakai sepatu. Ketika matahari, bulan, dan bintang gemintang masih sangat bersahabat. Ketika, nama samaranku, adalah; Zidane! :D

Dulu, jika kami bertengkar, kami salalu membanting ponsel. Beruntung, saat itu ponselku masih hitam hijau. Dan ponselnya sudah ada mp3nya. Beberapa kali ia kerusakan ponsel, dan beberapakali itu juga aku kerusakan ponsel. Pernah suatu hari, aku ketahuan membonceng wanita(padahal itu kakanya sendiri) ia marah besar, sampai seluruh semesta ia kutuk sedemikian rupa. "Itu kakak kamu, sayang." kataku mencoba menjelaskan. "Iya,aku tahu. Tapi kenapa kamu nggak minta ijin dulu sama aku?!" katanya parau. Aduh, duh, kenapa wanita suka sekali menaruh kaca-kaca di matanya ketika belum waktunya datang bulan?

Kemudian, ada lagi kejadian yang membuatku masih sering berharap jatuh cinta pada wanita sepertinya.

Begini..

Sama dengan pasangan pada umumnya, yang masih rajin mencurahkan perhatian dalam bentuk-bentuk yang bisa kita tebak. Seperti membelikan pulsa, membelikan es jus, menaruh coklat diam-diam di tas sekolahnya, mengerjainya dengan mengganti nomer ponsel kita, atau barangkali sok-sok kenal dengan orang tuanya supaya keliatan anak rajin dan soleh. Nah, si orang yang lagi saya bicarakan ini juga sering melakukan itu. Tapi anehnya ia selalu berhasil membuat saya berkata; "Anjing! Ini cewe emank bener-bener tulus! Tanpa embel-embel, cuk!"
Pada suatu siang yang panas. Ia datang dengan kaos hijau ketat juga gelang warna putih di pergelangan.


..bersambung