Mengingatmu adalah bunuh diri tak mati-mati! Tapi ku beranikan
untuk melupakanmu. Segala tulisan-tulisan tentangmu dan berpuluh-puluh
potret dirimu sudah ku bakar habis tak tersisa, setelah jadi abu segera
ku campur dengan kopi hitam lalu ku minum: juga tak tersisa. Tak ku beri
kau kesempatan untuk hadir, bahkan sekedar dalam serpihan! Melegakan.
Ya, melegakan sekali rasanya. Ketenangan menyergapku, dan malam-malamku
tak lagi ku isi dengan lagu-lagu sendu. Berganti dengan lagu-lagu
keceriaan, kebahagiaan, keindahan, juga ketentraman. Kini, aku bisa
menjalani rutinitas hidupku dengan benar. Pagi kerja, sore pulang, malam
bertemu isteri, pagi kerja, sore pulang, malam bertemu anak, begitu
setiap hari. Benar-benar jadi normal, 'kan? Dan memang begitulah
kehidupan seharusnya ku jalani!
Tapi.. Bla, bla, bla.. Kau
seperti tak rela. Kau hadir di ruang yang lain. Gelap, pengap. Ruang
mimpi. Tentu saja aku kelabakan bukan main. Karena sekali lagi,
mengingatmu adalah bunuh diri tak mati-mati. Maka ku iris-iris mimpi itu
menjadi potongan paling kecil; serpihan.
"Membunuhku adalah kata lain dari sia-sia!"
Begitu
katamu dalam mimpiku. Aku diam, lalu kau tertawa seperti dosen yang
memiliki segudang pengalaman ketika berhadapan dengan mahasiswa puber
idealisme: berkoceh penuh semangat sampai tak menghiraukan kata-kata apa
saja yang berlompatan dari mulutnya.
"Anjing! Kenapa kau tak bisa mati?"
"Membunuhku, tanpa restu dari Tuhan, itu sesat!"
"Apa lagi yang bisa aku lakukan kecuali lari?"
"Berlarilah.
Lari kemanapun kau suka. Ke barat, utara, selatan, timur, Iran, Mesir,
Bangladesh, Aceh, Padang, Kuburan.. Kalau habis nafasmu, kita akan
bertemu lagi disini. Tepat disini."
Dan kau tersenyum penuh
kemenangan. Sungguh, ingin betul aku merangsek, menjatuhkan, dan
menyorongkanmu ke kolong tempat tidurku. Kemudian ku tusuk dengan garpu
tepat di jantungmu. Setelah itu ku iris tubuhmu kecil-kecil. Agar kau
bisa merasakan bagaimana kacau-ku, yang begitu berat melepas kepergianmu
yang tanpa rencana dan firasat itu!
Cikande,
Monday, January 14
Bla, bla, bla.. 4 (sketsa isi hati dari seorang teman)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment