Pages

Monday, January 14

Bla, bla, bla.. 4 (sketsa isi hati dari seorang teman)

Mengingatmu adalah bunuh diri tak mati-mati! Tapi ku beranikan untuk melupakanmu. Segala tulisan-tulisan tentangmu dan berpuluh-puluh potret dirimu sudah ku bakar habis tak tersisa, setelah jadi abu segera ku campur dengan kopi hitam lalu ku minum: juga tak tersisa. Tak ku beri kau kesempatan untuk hadir, bahkan sekedar dalam serpihan! Melegakan. Ya, melegakan sekali rasanya. Ketenangan menyergapku, dan malam-malamku tak lagi ku isi dengan lagu-lagu sendu. Berganti dengan lagu-lagu keceriaan, kebahagiaan, keindahan, juga ketentraman. Kini, aku bisa menjalani rutinitas hidupku dengan benar. Pagi kerja, sore pulang, malam bertemu isteri, pagi kerja, sore pulang, malam bertemu anak, begitu setiap hari. Benar-benar jadi normal, 'kan? Dan memang begitulah kehidupan seharusnya ku jalani!

Tapi.. Bla, bla, bla.. Kau seperti tak rela. Kau hadir di ruang yang lain. Gelap, pengap. Ruang mimpi. Tentu saja aku kelabakan bukan main. Karena sekali lagi, mengingatmu adalah bunuh diri tak mati-mati. Maka ku iris-iris mimpi itu menjadi potongan paling kecil; serpihan.
"Membunuhku adalah kata lain dari sia-sia!"
Begitu katamu dalam mimpiku. Aku diam, lalu kau tertawa seperti dosen yang memiliki segudang pengalaman ketika berhadapan dengan mahasiswa puber idealisme: berkoceh penuh semangat sampai tak menghiraukan kata-kata apa saja yang berlompatan dari mulutnya.

"Anjing! Kenapa kau tak bisa mati?"

"Membunuhku, tanpa restu dari Tuhan, itu sesat!"

"Apa lagi yang bisa aku lakukan kecuali lari?"

"Berlarilah. Lari kemanapun kau suka. Ke barat, utara, selatan, timur, Iran, Mesir, Bangladesh, Aceh, Padang, Kuburan.. Kalau habis nafasmu, kita akan bertemu lagi disini. Tepat disini."

Dan kau tersenyum penuh kemenangan. Sungguh, ingin betul aku merangsek, menjatuhkan, dan menyorongkanmu ke kolong tempat tidurku. Kemudian ku tusuk dengan garpu tepat di jantungmu. Setelah itu ku iris tubuhmu kecil-kecil. Agar kau bisa merasakan bagaimana kacau-ku, yang begitu berat melepas kepergianmu yang tanpa rencana dan firasat itu!








Cikande,

0 comments:

Post a Comment