Pages

Monday, March 26

Berdialog dengan rumput (mencintai dengan sederhana)

Masih di desa yang sejuk, jam 05.09, belum mau melenakan mata. Matahari belum muncul, aku meringkuk di atas rumput dingin yang ku ajak berdialog sambil berduka.















"Hai res, apa rasa sayang yang sekarang sedang berkecamuk di hidup mu adalah rasa yang kau paksakan untuk terjadi?"

"Tentu saja tidak kawan ku. Kau ingat bagaimana aku selalu mencintainya dengan sederhana lewat puisi SDD?"

"Ya, aku ingat betul, bahkan kau menjadikan nya sebuah musikalisasi bukan?"

"Haha, itu bukan sekedar alunan nada yang berbalut dengan puisi indah itu kawan ku,"

"Lalu?"

"Karna memang aku selalu ingin mencintainya dengan sederhana, tidak dengan keterpaksaan seperti yang kau tanyakan tadi. Karna kau tau? Hanya dengan sederhana mencintainya, sudah membuat ku bahagia."

"Ahh.. Indah sekali, lalu apakah rasa sayang mu itu bisa bertahan lama hanya dengan mencintainya dengan sederahana saja?"

" :) "

"Kenapa tersenyum?"

"Karna bukankah cinta tidak lahir dari kekosongan? Kawanku.."

"Ha? Jadi apakah kau belum merasa tlah mengisi cinta mu yang kosong itu?"

"Belum kawan ku, karna objek untuk mengisi cinta itu sudah lelah merapalkan doa-doa harapan,"

"Dia menyerah? Apa alasan nya?"

"Enthlah, mungkin hidup nya , atau mungkin kebimbangan yang sangat sulit ia lawan, hingga akhirnya ia menyerah."

"Aih , payah sekali orang yang kau cintai dengan sederhana itu."

" :) "

"Sekarang apa yang akan kau kerjakan?"

"Tersenyum kawan ku,"

"Hanya itu?"

"Sambil selalu mencintainya dengan sederhana.."







Dengan kata yang tak sempat di ucapkan kayu kepada api yang menjadikan nya abu,
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikan nya tiada..
















Nganjuk..

0 comments:

Post a Comment