..wanita merah di bawah gerimis
Lampu jalan itu masih terlihat hidup meski hanya setengah. Aspal-aspal hitam kian bolong di gerus waktu, menuaikan keresahan di gerimis malam kali ini. Kabut-kabut putih tak tahu dari mana datangnya, seperti hantu dalam film-film kolosal. Di bawah lampu itu, masih menunggu kekasihku, Lasmini. Wajahnya menunduk mendalami titik gerimis yang jatuh. Rambutnya basah dan wajahnya terlihat gelisah. "Ini sudah kelima kali! Cukup. Aku berhenti!" katanya 7 jam yang lalu. Lasmini memang keras kepala, adatnya seperti Pak Silitonga tetangga ku, tegas namun suka menangis. Lasmini adalah kekasihku yang ke delapan setelah Uci, Friska, Eva, Hilda, Yulie, Rere, Imas dan Alvie. Lasmini merupakan gadis yang selalu menyukai seks. Imajinasinya sungguh liar, dan benar-benar terobsesi pada apapun yang berbau seks. Sampai-sampai pernah ia bercinta dengan tiga orang sekaligus hanya untuk memperkaya wawasan soal seks. Malah pernah juga ia bercinta dengan anjing pak silitonga. Katanya sich khilaf, sebab ia benar-benar ingin bercinta saat itu; dengan anjing? Edan! Tapi walaupun begitu aku sangat sayang padanya.
Di bawah lampu itu Lasmini menanti sebuah bus yang akan membawa semua kebrengsekan hidupnya ke pulau naskun, tempat tinggal orang tuanya yang pernah mencalonkan menjadi lurah namun gagal. "Bah! Sudah ku bilang Rachell itu hanya pelacur! Jangan percaya pada mulutnya. Aku tetap mencintaimu, Lasmini. Sampai mati pun aku akan mencintaimu!" kataku juga 7 jam yang lalu sebelum ia berada di bawah lampu itu. Lasmini mengenakan gaun merah setumit lengkap dengan aksesoris. Lipstiknya merah, BHnya merah, gstringnya merah, wajahnya merah, semuanya merah kecuali payung yang dipegangnya. Hitam.
Tangerang,
Untuk seorang wanita lesbi.