"Selamat saling menunggu kebahagian. Kekasih ku."
Ada
pantai. Ada angin. Ada ombak. Ada bulan lengkap dengan bintangnya. Ada
pasir hitam yang sebenarnya berwarna putih. Ada orang bermain dengan
waktu. Ada derap langkah yang diciptakan oleh kelembutan. Ada
warna(tentu saja abu-abu). Ada permen. Ada air mineral. Ada rayuan. Ada
sesuatu...
Ada tawa kecil memecah langit purnama. Ada diam...
Ada kau dan aku. Dan tentu saja, ada sejuta mimpi yang siap di lebur jadi satu. :)
"Apakah kita bisa berjalan selamanya? Sedangkan keadaan sangat tak memungkinkan untuk sekedar berpegangan tangan."
"Entahlah, ini cuma masalah waktu kekasih ku. Kita tunggu saja. Semoga waktu mau berbaik hati pada kita."
"Terkadang waktu itu jahat."
"Tapi aku mencintai mu."
"Aku pun begitu. Apa yang akan kau lakukan sekarang?"
"Mencium mu."
"Cepat lakukan !"
Dear:
Seseorang yang terus akan selalu ku sayang.
Semoga ini tak berjalan sementara, seperti liar mu yang selalu sementara.
Mungkin ini akan terasa berat untuk mu(juga bagiku)
Tapi aku percaya, bahwa keteguhan hati, sangat menjanjikan kebahagian.
Kita
harus kuat, berpasrah pada waktu. Kita akan bahagia kekasih ku. Dan
bersabarlah, karena tak selamanya badai itu terus menghantam kita.
Sesegera
mungkin kita pasti bebas. Kita akan mengukir sejarah lewat waktu yang
angkuh itu. Kita akan merajut kain untuk anak-anak yang terlahir dari
buah cinta kita. Kita akan tertawakan dunia. Kita akan melukis senja
pada dahan pohon tua didepan rumah kita. Kita akan menamai segala macam
yang ada dikamar kita kelak. Kita akan menulis buku bersama, hanya kau
dan aku(ditemani tangisan kecil anak-anak kita)
Kita sombongkan
keromansaan kita pada hujan, pada langit, pada pelangi, pada gerimis di
malam yang ritmis, juga pada mereka yang tak mau mengerti kita.
Iya kekasih ku, pada akhirnya kita yang akan menang.
Percayalah...
Kekasih ku.
Jogja,
Monday, June 11
Percayalah kekasihku.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment