“Ini tidaklah penting.
Keindahan tak melulu soal yang sempurna. Kamu dengan lucu suaramu dan wajah
menjengkelkan(:p), telah membuat aku dan sekitarku jadi begitu bermakna! :D”
Siang yang
terik. Matahari tepat di atas genting. Suasana membosankan. Membuat waktu
begitu lambat berjalan. Kamar serasa berubah menjadi tempat yang mematikan. Dan
badanku, basah. Keringat. Kulirik jam di tangan, sudah setengah satu. Tapi kamu
belum juga muncul. Lalu kuputuskan untuk
terus membaca tulisan-tulisan di blog-mu.
Happy
brith-bye.
“Hei, selamat ulangtahun untuk kali kedua aku ucapkan ini sejak aku dan
kamu bersepakat menjadi “kita”. Selamat ulangtahun untuk kamu yang kini sudah
berkepala dua, sudah dewasa tentunya… bla, bla, bla..”
Diposkan
oleh Nirmala di 05.58.00 0 komentar
Link ke
posting ini
“Haha, masa lalu.” Kataku dalam hati.
Tapi tetap saja…
Sebuah
pesan singkat masuk, dari kamu. Katamu “bisa keluar ga?” lantas aku keluar. Haha
ternyata benar dugaanku, kamu salah tempat. “Kesini,” kataku padamu yang
bergegas ke arahku. Akhirnya kamu masuk ke tempat aku biasa membuang-buang
waktu. Kini kita berdua di dalam kamar. Berdua saja. Aih, apa yang biasa
dilakukan pasangan jika di dalam kamar berdua-duaan? Berdua saja? Membuat peyek!
“Kamu udah
makan?” kataku pelan tapi kupastikan kamu mendengarnya.
“Udah kok
tadi di kampus.” Jawabmu singakat.
“Mau minum?”
“Nggak
usah.”
“Oke.”
Suasana
hening seketika. Kamu duduk tak rapat dengan dudukku. Aku tak bisa melihat
wajah keseluruhanmu. Aku hanya bisa melihat rambutmu dan tanganmu. Seperti ada
jarak. Jarak yang entah bagaimana caranya membuat salah satu ginjalku terasa putus.
Canggung? Tidak! Aku hanya bingung apa yang harus kukatakan jika aku dekat
dengan kamu. Masa aku mau bilang “Maukah kamu menjadi isteriku?” bego! Kamu pasti
langsung pulang. Kamu pun begitu, kamu cuma diam dan hanya berkata seperti orang
yang lagi radang tenggorokan. Kuputuskan untuk bertanya tentang bagaimana cara
main twitter. Kamu sigap mengajari. Dan, akhirnya kita dekat. Dekat. Dekat. Dekat…
kita saling bersentuhan tangan. Dan saat itu terjadi, bunga-bunga mekar di
dadaku. Aneh. Betul-betul aneh. Tapi kamu biasa saja. Tak merasa aneh. Tapi aku
aneh.
Kita berbicara
banyak hal. Kamu cerita kecoa(lagi). (Saat kamu cerita tentang kecoa, dan itu
lagi-lagi membuatmu gila, sungguh dalam hatiku yang paling dalam aku berkata; ”Sepertinya ada yang salah dengan
anak ini. Semoga Tuhan yang Mahabaik membuatnya tabah dan sabar”). Saat kamu
bicara panjang lebar aku lebih memilih untuk diam, tapi diamku bukan tak
menghiraukanmu, tapi adalah caraku untuk mengukur sejauh manakah mitos tentang
jantung yang deg-degan itu bisa di percaya. Dan ternyata mitos itu memang
benar-benar mitos! Jantungku nggak deg-degan kok. Jatungku biasa saja. Tapi semua
organ di dalam tubuhku loncat-loncatan kesana kemari. Dan itu membuatku repot
bukan kepalang. Kamu…
Setengah
empat. Kamu pun pulang…
0 comments:
Post a Comment