Tak ada kipas, tak ada kentang, tak ada suara, tak ada kopi, tak ada teman, sepi, diam, yang ada hanya jangkrik dan foto mu.
Sedangkan aku masih sibuk membenahi malam-malam yang begini sunyi, juga disambi dengan menyetrika rapih bayang mu yang terpapar dimana-mana.
Aku jadi ingat bulan februari tahun lalu, saat keadaan ku sangat memprihatinkan, dimana begitu keras nya aku menjerit kesakitan, hari-hari yang dipenuhi lagu-lagu kematian.
Ya, aku serasa mati rasa kala itu, sebagian dari seluruh 24-jam ku, hanya terbuang dengan sms permohonan.
sampai terlalu sering berjuta kali namamu ku teriakan kencang-kencang ke langit, sampai aku batuk, agar aku bisa lega,
karna aku mencintaimu.
Aku suka jadi seperti orang tolol saat senyum mu yang sementara itu datang diam-diam,
Ia membunuh langsung ke jiwa dalam, menohok, sakit, perih, tercabik tertusuk duri tumpul. Aku sesak, masih merindukan berharap ia kembali.
(Dan sepertinya, sampai kini pun aku masih begitu.)
Aneh nya, aku masih bisa hidup.
Kenapa kau sungguh begitu berbahaya pada ku?
Kau mematikan, lalu menghidupkan, sedetik kemudian mematikan lagi..
Ahk, kacau !
Sampai waktu pun telah menyempit.
Sebelah pojok, gelap tak berpenghuni, terdapat sakit perih yang bertubi menghantam hati. Ini sudah jelas percuma !
Dia harus segera dilupa.
Karna dia sudah melupa,
Hah, kau itu..
Sunday, February 5
Februari tahun lalu.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment