Pages

Wednesday, May 2

Catatan untuk Arvianto.














Namanya Arvianto. Dia teman ku, sahabat ku, kawan ku, sekaligus keluarga yang bersamanyalah bisa tercipta suasana yang menyenangkan. Suasana yang terkadang bisa membekukan malam, tapi terkadang juga bisa mencairkan bintang-bintang timur. Dia sosok yang tempramental. Tak pernah mau mengalah, bahkan kepalanya sekeras batu di karang-karang laut selatan. Dia menginjak umur 21 tahun di tahun ini. Tingginya mungkin 170cm, berkulit sawo matang, rambut nya licin bagai rumput tak berbaju. Seingat ku dia berzodiak Leo. Dia menyukai musik-musik scream dan punk rock. Jadi tak heran ia selalu berambisi untuk satu panggung bersama Avenged Sevenfold dan The Red Jumpsuit Apparatus.

Kami berteman mungkin sudah lebih dari lima belas tahun. Kami menghabiskan masa anak-anak kami dalam lingkungan yang sangat menjemukan. Lingkungan yang penuh kemunafikan dan kearogansian. Tak ayal, kehidupan kami tak lepas dari hal-hal tindakan yang berbau kriminal. Meski begitu, kami tak pernah lupa siapa Tuhan kami, kami sholat, mengaji, bahkan mengikuti sholat idul fitri yang konon katanya sholat paling melelahkan bagi ukuran anak-anak sebaya kami. Ya kami adalah pemuda harapan bangsa yang baik sebenarnya, hanya saja saat itu kami belum mengenal lebih jauh, apa itu cinta, wanita, seks dan nafsu. Jadi, kami selalu melampiaskan hasrat puberitas kami pada VCD porno milik ayah kami, yang berdampak tercorenganya muka kami, sebagai pemuda bajingan di lingkungan Cikande Permai dan sekitarnya.

Sekarang, kami sudah dewasa(meski belum sepenuhnya). Kami mulai mempunyai ambisi besar untuk berkesenian musik. Sebenarnya cita-cita kami dahulu adalah menjadi pemain bola internasional layaknya Zinedine Zidan atau Edgar Davids. Namun seiring berjalan nya waktu, cita-cita kami tadi terhapus dengan maraknya dunia permusikan sekarang ini, kami sempat membentuk sebuah band, tapi kelihatanya itu tak berjalan mulus. Jadi, kami mulai membunuh ambisi kami untuk menjadi musisi kelas dunia. Sekarang (lagi) kami mulai fokus untuk melanjutkan kehidupan kami masing-masing. Aku ke jogja untuk berjuang melawan ketertindasan hidup ku, sedangkan ia, memilih bekerja di sebuah pabrik sepatu yang lumayan bonafit di Tangerang. Kami terpisah jarak, ruang, dan waktu. Tak bisa dipungkiri, intensitas kami untuk melakukan kegiatan apa saja, jadi sedikit berkurang. Mungkin hanya sekedar lewat SMS atau lewat pesawat telpon kami berbicara. Selebihnya kami serahkan pada waktu yang terus berdetak merdu.

Sekarang (lagi) ia sedang menginap di sebuah Rumah Sakit di Kota Tangerang. Tubuhnya lunglai, lemas tak berkuasa melakukan apa-apa. Dia mengalami kecelakan yang bisa di bilang sangat parah. Motornya hancur, tapi anehnya tubuhnya sehat waalfiat. Walau ia terpaksa merelakan otaknya untuk tak mampu bekerja dengan baik lagi..
Ya, kecelakan nya itu, menyebabkan otaknya sedikit mengalami gangguan..
Sudah berjalan satu bulan dia tak sadarkan diri dalam kamar berhiaskan obat-obatan dan infus beraneka macam itu.

Kabar terakhir yang ku tau dari Ayah ku, ia sudah menjalani operasi untuk menyembuhakan luka di otak nya itu. Namun, berita duka datang lagi, ia malah semakin Drop setelah operasi. Sontak kabar ini membuat ku sedih bukan kepalang. Jujur, saat ini aku ingin sekali kesana. Melihat keadaan nya sekarang, tapi sepertinya keadaan membungkam ku untuk menunaikan nya.
Tapi bukankah obat termanjur dari segala penyakit adalah doa yang tulus ikhlas?


Arvianto, semoga kau cepat membaik.
Cepatlah sadar, cepatlah bangkit kawanku, agar kita bisa menhancurkan alat-alat di studio yang kurang mengenakan di Cikande Permai. Agar kita bisa bermain bola di lapangan RT07 yang sangat mengenaskan itu. Agar kita bisa bernyanyi lagu kencang di tengah malam yang panas. Agar kita bisa membangunkan orang-orang yang sedang sibuk berhubungan badan di rumah-rumah para petopeng itu dengan suara rusak kita. Agar kita bisa membunuh sepi yang melilit dengan menyanyikan lagu galau dan kesedihan di sepertiga malam yang ritmis. Agar kau dan aku bisa kembali bersama lagi. Tertawa, bernyanyi, mengumpat, menari dengan bir oplosan, bergitaran dengan awan yang pekat, dan tentu saja, selalu meneriakan kepalsuan di dalam hidup yang sudah tak lagi biru ini.  :)








Salam hangat dari ku,








...reshie imam bargowo.
yang selalu berharap kau cepat sembuh.

0 comments:

Post a Comment