Namanya Arvianto. Dia teman ku, sahabat ku, kawan ku, sekaligus
keluarga yang bersamanyalah bisa tercipta suasana yang menyenangkan.
Suasana yang terkadang bisa membekukan malam, tapi terkadang juga bisa
mencairkan bintang-bintang timur. Dia sosok yang tempramental. Tak
pernah mau mengalah, bahkan kepalanya sekeras batu di karang-karang laut
selatan. Dia menginjak umur 21 tahun di tahun ini. Tingginya mungkin
170cm, berkulit sawo matang, rambut nya licin bagai rumput tak berbaju.
Seingat ku dia berzodiak Leo. Dia menyukai musik-musik scream dan punk
rock. Jadi tak heran ia selalu berambisi untuk satu panggung bersama
Avenged Sevenfold dan The Red Jumpsuit Apparatus.
Kami
berteman mungkin sudah lebih dari lima belas tahun. Kami menghabiskan
masa anak-anak kami dalam lingkungan yang sangat menjemukan. Lingkungan
yang penuh kemunafikan dan kearogansian. Tak ayal, kehidupan kami tak
lepas dari hal-hal tindakan yang berbau kriminal. Meski begitu, kami tak
pernah lupa siapa Tuhan kami, kami sholat, mengaji, bahkan mengikuti
sholat idul fitri yang konon katanya sholat paling melelahkan bagi
ukuran anak-anak sebaya kami. Ya kami adalah pemuda harapan bangsa yang
baik sebenarnya, hanya saja saat itu kami belum mengenal lebih jauh, apa
itu cinta, wanita, seks dan nafsu. Jadi, kami selalu melampiaskan
hasrat puberitas kami pada VCD porno milik ayah kami, yang berdampak
tercorenganya muka kami, sebagai pemuda bajingan di lingkungan Cikande
Permai dan sekitarnya.
Sekarang, kami sudah dewasa(meski
belum sepenuhnya). Kami mulai mempunyai ambisi besar untuk berkesenian
musik. Sebenarnya cita-cita kami dahulu adalah menjadi pemain bola
internasional layaknya Zinedine Zidan atau Edgar Davids. Namun seiring
berjalan nya waktu, cita-cita kami tadi terhapus dengan maraknya dunia
permusikan sekarang ini, kami sempat membentuk sebuah band, tapi
kelihatanya itu tak berjalan mulus. Jadi, kami mulai membunuh ambisi
kami untuk menjadi musisi kelas dunia. Sekarang (lagi) kami mulai fokus
untuk melanjutkan kehidupan kami masing-masing. Aku ke jogja untuk
berjuang melawan ketertindasan hidup ku, sedangkan ia, memilih bekerja
di sebuah pabrik sepatu yang lumayan bonafit di Tangerang. Kami terpisah
jarak, ruang, dan waktu. Tak bisa dipungkiri, intensitas kami untuk
melakukan kegiatan apa saja, jadi sedikit berkurang. Mungkin hanya
sekedar lewat SMS atau lewat pesawat telpon kami berbicara. Selebihnya
kami serahkan pada waktu yang terus berdetak merdu.
Sekarang
(lagi) ia sedang menginap di sebuah Rumah Sakit di Kota Tangerang.
Tubuhnya lunglai, lemas tak berkuasa melakukan apa-apa. Dia mengalami
kecelakan yang bisa di bilang sangat parah. Motornya hancur, tapi
anehnya tubuhnya sehat waalfiat. Walau ia terpaksa merelakan otaknya
untuk tak mampu bekerja dengan baik lagi..
Ya, kecelakan nya itu, menyebabkan otaknya sedikit mengalami gangguan..
Sudah berjalan satu bulan dia tak sadarkan diri dalam kamar berhiaskan obat-obatan dan infus beraneka macam itu.
Kabar
terakhir yang ku tau dari Ayah ku, ia sudah menjalani operasi untuk
menyembuhakan luka di otak nya itu. Namun, berita duka datang lagi, ia
malah semakin Drop setelah operasi. Sontak kabar ini membuat ku sedih
bukan kepalang. Jujur, saat ini aku ingin sekali kesana. Melihat keadaan
nya sekarang, tapi sepertinya keadaan membungkam ku untuk menunaikan
nya.
Tapi bukankah obat termanjur dari segala penyakit adalah doa yang tulus ikhlas?
Arvianto, semoga kau cepat membaik.
Cepatlah
sadar, cepatlah bangkit kawanku, agar kita bisa menhancurkan alat-alat
di studio yang kurang mengenakan di Cikande Permai. Agar kita bisa
bermain bola di lapangan RT07 yang sangat mengenaskan itu. Agar kita
bisa bernyanyi lagu kencang di tengah malam yang panas. Agar kita bisa
membangunkan orang-orang yang sedang sibuk berhubungan badan di
rumah-rumah para petopeng itu dengan suara rusak kita. Agar kita bisa
membunuh sepi yang melilit dengan menyanyikan lagu galau dan kesedihan
di sepertiga malam yang ritmis. Agar kau dan aku bisa kembali
bersama lagi. Tertawa, bernyanyi, mengumpat, menari dengan bir oplosan,
bergitaran dengan awan yang pekat, dan tentu saja, selalu meneriakan
kepalsuan di dalam hidup yang sudah tak lagi biru ini. :)
Salam hangat dari ku,
...reshie imam bargowo.
yang selalu berharap kau cepat sembuh.
Wednesday, May 2
Catatan untuk Arvianto.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment