Pages

Wednesday, May 2

Kecil


Ia datang lagi.
Bersama sebentuk wajah yang sudah lama sekali tak ku lihat warna nya itu. Dengan mengenakan sutra coklat yang membuatnya benderang seperti bintang kejora. Langkahnya gontai bak rumput di terpa angin utara. Warna matanya masih sanggup menurunkan hujan di awal musim semi. Namun sayang seribu kali sayang, rambutnya tak di ikat seperti apa yang selalu aku inginkan ketika mau bertemu.

"Bila ini yang terbaik, maka lakukanlah.."

Aku sayang padanya, tak bisa diragukan. Aku menyayangi nya lebih dari apapun di dunia ini, meski ibu ku selalu berkata jangan pernah menyayangi orang secara berlebihan, karna agama ku tak pernah mengijinkan nya. Namun tak bisa dipungkiri, aku SELALU menyayangi nya secara berlebihan, dan anehnya itu terus berlanjut sampai sekarang.

Ia tertawa saat aku tertawa, ia tersenyum saat aku tersenyum, ia memerah saat perlahan aku mencium pelipisnya. Ia memukul ku saat aku menyebutnya "Kecil", ia membalas pertanyaan ku saat aku menanyakan untuk apa kita dipertemukan sekarang, ia mengelus rambut kepala ku dengan penuh penghayatan, saat aku kelelahan dan tak bisa bernafas. Dan akhirnya ia memeluk ku, erat, sangat erat dan penuh kelembutan, saat waktu yang dengan egoisnya memaksa untuk menghentikan romansa kami.

Sekarang, kami sudah berjanji tidak akan saling membenci(walau seharusnya kami harus saling membenci). Kami tidak akan egois, kami tidak akan jadi orang yang menyebalkan, kami tidak akan berurusan lagi dengan yang namanya kecemburan, kami tidak akan mau punya anak sebelum menikah. Dan kami berjanji tidak akan melanggar janji tersebut. Kami akan jaga janji tersebut dengan nyawa kami masing-masing. Karna kami saling menyayangi, jadi, sungguh tak ada satu hal kecil dan besarpun yang akan menggangu detak jantung kisah abu-abu kami.
Ya, kisah kami ini benar-benar abu-abu.


Tapi ada sebuah pertanyaan yang masih mengganggu ruang gerak ku hari-hari ini.
Pertanyaan yang bisa menurunkan gerimis di saat hujan belum mau turun. Pertanyaan yang sebenarnya berkesan ambigu.




Bersambung..

 

0 comments:

Post a Comment